المدة الزمنية 5:36

PENINGGALAN SULTAN AGUNG HANYOKROKUSUMO MATARAM ISLAM KE 2 | SITUS KERTO YOGYAKARTA

بواسطة bsa40
2 936 مشاهدة
0
40
تم نشره في 2020/07/25

#SEJARAH # MATARAM ISLAM PENINGGALAN SULTAN AGUNG HANYOKROKUSUMO MATARAM ISLAM KE 2 | SITUS KERTO YOGYAKARTA Situs Kerto merupakan sebuah situs yang menurut sejarah pernah menjadi pusat Kraton Kerajaan Mataram Islam. Berada di Dusun Kerto, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Bantul, tak banyak wisatawan yang mengenal tempat ini. Beberapa sumber sejarah menyebut nama Kerto dengan berbagai versi seperti Charta, Karta, Kerta, dan Kerto. Pusat kerajaan pertama kali berpindah pada masa kepemimpinan Raden Mas Rangsang atau Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Saat itu, pusat Kerajaan Mataram Islam dipindahkan dari Kotagede ke Kerto yang berjarak sekitar delapan kilometer. Masa pemerintahan Sultan Agung merupakan masa kejayaan Mataram Islam. Wilayah kekuasaannya saat itu mencakup pantai utara Jawa, Cirebon, Jawa Timur, hingga Madura. Selain itu Sultan Agung juga menjalin persahabatan dengan beberapa negara tetangga. Sultan Agung juga dua kali melakukan penyerangan fenomenal terhadap VOC di Batavia pada tahun 1628 dan 1629, meski usaha tersebut gagal. Keraton yang Seakan Menghilang Keraton Kerto dulunya berdiri di Dukuh Kerto, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Sebagai istana pada masa puncak kejayaan kerajaan, tentunya Keraton Kerto begitu megah pada masanya. Keraton Kerto seakan menghilang ditelan bumi. Keraton Sultan Agung tersebut kini hanya tampak bagai lahan kosong di tengah perkampungan. Orang yang tak tahu mungkin tidak sadar kalau di sana dulu pernah berdiri istana salah satu kerajaan terbesar di Indonesia. Namun kini yang tersisa dari Situs Kerto hanyalah sebuah tanah kosong yang dipagari dan dua batu besar atau umpak yang berdiameter sampai 1 meter. Dua batu itu adalah penyangga saka guru bangunan utama Kraton. Peninggalan Keraton Kerto yang tersisa hanyalah tiga umpak (alas tiang kayu) dari batu andesit. Ukuran umpak ini cukup besar, yakni 85 cm x 85 cm dengan tinggi sekitar 65 cm. Kini yang ada di Situs Kerto hanyalah dua umpak. Umpak satu lagi sekarang menjadi umpak dari saka tunggal (satu tiang penyangga utama) Masjid Saka Tunggal di daerah Taman Sari atas perintah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Yang satunya belum diketahui kemana. Lokasi umpak berada diperkirakan merupakan Siti Hinggil Keraton Kerto. Pada waktu Kerajaan Mataram Islam diperintah oleh Sultan Agung, kekuasaan Mataram Islam hampir meliputi seluruh Pulau Jawa. Sumber sejarah yang menceritakan tentang Kraton Kerto sangatlah minim. Namun dalam catatan seorang ilmuwan Belanda bernama Jan Vos menceritakan, Kerto merupakan tempat yang cukup luas. Bukti peninggalan Kerto lainnya diperoleh dari sketsa yang dibuat oleh R van Goens yang memberikan gambaran tentang kondisi keruangan dari Kraton Kerto. Tak diceritakan bagaimana dinamika aktivitas yang pernah terjadi di Kraton Kerto. Babad Moana sendiri justru malah menceritakan tentang hancurnya istana tersebut. Pemerintahan Mataram Islam pun kerap berpindah. Dari Kerto ke Kraton Pleret, berpindah lagi ke Kartasura, hingga ada konflik dan membuat Kraton pindah ke Surakarta dan akhirnya terpecah menjadi dua, Kraton Surakarta dan Yogyakarta.

الفئة

عرض المزيد

تعليقات - 27